Sosialisasi AACP pada bidan cegah kelahiran prematur. (Foto: Getty Images)
TINGGINYA angka mortalitas dan mobilitas akibat persalinan preterm -prematur- di Indonesia masih belum diimbangi dengan upaya penanggulangan yang kuat. Untuk itu, dibutuhkan pencegahan melalui pemberian informasi kepada bidan, mengingat sebagian persalinan ditangani di bidan.
Adapun penyebab persalinan preterm, antara lain komplikasi medis obstetri (hipertensi, plasenta, previa, inkompetensia serviks), gaya hidup (merokok, alkohol, pekerjaan, status ekonomi rendah), dan infeksi. Sekira 30 persen persalinan preterm dihubungkan dengan infeksi asendens dari genitalia eksterna ke uterus yang terutama disebabkan oleh vaginosis bakteri.
Vaginosis bakteri (VB) adalah infeksi vagina yang ditandai dengan perubahan flora normal vagina menjadi lebih banyak bakteri anaerob akibat menurunnya jumlah Lactobacillus dan disertai perubahan sekresi vagina. VB menjadi infeksi paling kuat menyebabkan preterm.
Untuk menangani permasalahan ini, dibutuhkan pendekatan proaktif dan komprehensif untuk mendeteksi dini dan mengobati lebih awal infeksi VB. Langkah tersebut diharapkan dapat menjadi solusi efektif untuk menurunkan angka persalinan preterm.
Dalam rangka pencegahan tingginya angka kelahiran preterm, maka Dr dr Ali Sungkar SpOG melalui disertasinya, "Pengaruh Model Asuhan Antenatal Cegah Prematur (AACP) dalam Menurunkan Angka Persalinan Preterm : Peran Deteksi Dini dan Pengobatan Infeksi Vaginosis Bakteri" mengungkapkan perlunya pelatihan bidan untuk meningkatkan pengetahuan dalam memberikan pelayanan antenatal.
Dipaparkan Ali Sungkar, model asuhan antenatal yang dilakukan saat ini belum menjawab atas risiko persalinan preterm yang terjadi. Disiapkan suatu model asuhan antenatal untuk dapat melakukan deteksi dini risiko persalinan preterm terkait pencegahan infeksi yang dapat memicu persalinan preterm.
Model asuhan antenatal cegah prematur yang dibuat merupakan pendekatan yang proaktif dan komprehesif, model ini mencakup proses aktif meningkatkan peranan penyedia layanan antenatal dalam hal ini bidan dengan melakukan pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan tentang persalinan preterm.
"Pencegahan preterm menggunakan PH mandiri belum secara luas dilakukan atau tidak dilakukan oleh penderita. Hal ini dibutuhkan edukasi. Memang hal baru bagi bidan dan pelaku medis. Namun dengan sosialisasi risiko preterm, dampak persalinan preterm yang cukup tinggi dapat berkurang," kata Dr dr Ali Sungkar SpOG saat sidang terbuka di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Kamis (14/7/2011).
Disebutkan dokter yang baru menjadi Doktor dalam Ilmu Kedokteran di Fakultas Kedokteran UI itu, sosialiasi dilakukan dengan beragam cara.
"Rencana sosialisasi dalam pelaksanaan AACP ke bidan, dokter umum, puskesmas dalam kegiatannya melakukan kolaborasi dengan Ikatan Dokter Indonesia, melatih lingkungan sendiri mengenai prenatal yang terkait preterm. Edukasi yang dilakukan lewat brosur, leaflet, bisa juga lewat praktik," jelas dokter berperawakan tinggi besar ini.
Untuk diketahui, persalinan preterm terjadi sebelum akhir umur kehamilan 37 minggu. Bayi yang dilahirkan kurang dari 37 minggu dari hari pertama haid terakhir dinamakan pretern. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram termasuk dalam kategori berat badan lahir rendah.
Insiden kelahiran prematur kurang lebih enam sampai 10 persen. Jumlah kelahiran prematur meningkat dengan peningkatan umur kehamilan minggu, yang paling sedikit terjadi sebelum minggu ke 32. Kelahiran prematur memberikan kontribusi secara langsung antara 75-90 persen dari semua kematian neonatal dan merupakan penyebab paling banyak morbilitas dalam jangka waktu yang pendek dan lama.
(nsa)- Bawa Hasil Radiologi, Anda Bisa Konsultasi Virtual
- Balas Dendam Tidur di Akhir Pekan Tidak Efektif
- Cepat Berhenti Merokok, Makin Menguntungkan
- Cara Konsultasi Kesehatan dengan Dokter di Dunia Maya
- Yuk, Konsultasi Medis Tanpa ke Luar Negeri!
- Dos & Don'ts Tidur Lebih Nyenyak
- Mengapa Sulit Berhenti Merokok?
- Ini Dia Solusi Kalahkan Adiksi Nikotin
- Kopi Kurangi Risiko Prostat
No comments:
Post a Comment