TEMPO Interaktif, Seperti mendiang Mbah Surip, penyanyi berambut gimbal yang menjadi favoritnya, Eko Subiyanto, 37 tahun, tergolong maniak minum kopi. Dalam sehari, pemilik bengkel sepeda motor di kawasan Gandaria itu rata-rata bisa menghabiskan enam sampai delapan gelas kopi. "Minum kopi itu bisa mengurangi risiko mengidap diabetes, dan kandungan kafein bisa mencegah gigi berlubang," ujar Eko saat berbincang dengan Tempo di bengkelnya.
Namun, sepekan menjelang puasa Ramadan, ia mulai mengurangi jumlah kopi yang diminumnya. Selama menunaikan ibadah puasa, Eko nyaris tak menyentuh kopi. Agar kepalanya tak pening, ia tidak langsung berhenti total minum kopi. Dia menguranginya secara bertahap. Keputusan itu diambil karena dirinya tak mau repot bolak-balik ke toilet untuk buang air kecil bila air kopi menjadi pelengkap acara makan sahurnya. "Ngopi pas sahur itu bisa bikin beser, lho," ujarnya.
Dokter Sri Sukmaniah dari Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyarankan, selama Ramadan, khususnya saat sahur, sebaiknya kebiasaan mengkonsumsi kopi memang dikurangi. Hal itu untuk menghindari kemungkinan terjadinya dehidrasi karena kafein pada kopi dapat meningkatkan produksi air kencing. "Kafein itu bekerja bertentangan dengan hormon antidiuretik yang bekerja mempertahankan cairan tubuh. Jadi, satu sampai tiga jam setelah ngopi, pasti kepingin kencing," katanya.
Untuk kecukupan cairan dalam tubuh selama menjalani ibadah saum, pengurus Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia itu menyarankan agar kita setiap malam mengkonsumsi air putih 1,5 hingga 2 liter. Kalaupun tetap ingin mengkonsumsi minuman kopi, sebaiknya takaran kopinya dikurangi agar lebih encer. "Tapi sanggup tidak mengimbangi segelas kopi dengan banyak minum air putih pada saat sahur?" tanya dokter Sri.
Saat buka, menurut Sri, sebaiknya kopi diminum setelah makan malam agar tidak mengganggu lambung yang belasan jam dalam keadaan kosong. Kadarnya pun tetap jangan terlalu kental karena akan membuat kita sulit tidur, padahal tubuh perlu banyak istirahat.
Ahli gizi lainnya, dokter Saptawati Bardosono, menyatakan, agar minum kopi bermanfaat bagi kesehatan pembuluh darah, jumlahnya tak boleh lebih dari dua cangkir sehari. Begitu pula, saat puasa, minum kopi, menurut dokter yang akrab dipanggil Tati ini, secangkir saat sahur dan secangkir lagi seusai makan malam setelah berbuka. "Bukankah puasa juga bertujuan mengendalikan nafsu untuk tidak mengkonsumsi makan-minum secara berlebihan?" ujarnya.
Dokter Tati menepis anggapan minum kopi saat sahur dapat membantu mengurangi rasa lapar. Menurut dia, kopi tidak mengandung kalori, kecuali jika dicampur gula. Nah, saat sahur itu dibutuhkan asupan kalori dan zat gizi lengkap dari makanan untuk bergiat sepanjang hari sampai datangnya waktu berbuka. Tentunya semua itu tidak dapat diperoleh hanya dengan minum kopi, yang pada prinsipnya hanya memberi asupan sedikit kalori dari gula dan juga air.
Selain kopi, kedua dokter itu menyatakan air teh menimbulkan efek hampir serupa meski tak seekstrem kopi. Karena itu, sebaiknya saat sahur pun meminum teh dikurangi. "Teh juga dapat memberi efek diuretik, namun bergantung pada jenis dan kekentalan minuman teh tersebut," ujar Tati.
SUDRAJAT | AMIRULLAH
--
Source: http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/07/31/brk,20110731-349251,id.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
No comments:
Post a Comment