Model di Berlin Fashion Week (Foto: Google)
BERLIN membuktikan dirinya sebagai kekuatan baru di dunia mode Eropa. Dengan semangat artistik para desainer muda dan didukung fasilitas serta sumber daya memadai, Berlin perlahan menanjak sebagai ibu kota mode.
Dengan optimistis, ibu kota Jerman itu kembali menyelenggarakan pekan mode yang disemarakkan dengan pesta, fashion show, dan pameran. Semua itu dengan satu tujuan, menetapkan kota mode sebagai identitas baru Berlin. Berlin Fashion Week yang telah diselenggarakan sejak 2007 menjadi pembuktian keseriusan ibu kota Jerman itu di jalur mode.
Dalam jangka waktu 4 tahun setelah debutnya, Berlin Fashion Week sukses menempatkan dirinya sebagai agenda tetap para buyer, media, dan fashionista internasional. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah menyusul empat pembesar mode dunia, Paris, New York, Milan, dan London. Ambisius? IMG Fashion, penyelenggara Mercedes-Benz Berlin Fashion Week, menyebutnya sebagai langkah optimistis. "Kami sangat optimistis dengan Berlin Fashion Week setiap musimnya," ujar Vice President IMG Fashion Eropa Maia Guarnaccia.
Namun, Berlin masih belum menarik perhatian label besar seperti Gucci, Versace, ataupun Jean-Paul Gaultier untuk beraksi di atas catwalk-nya. Guarnaccia mengatakan ingin Berlin Fashion Week seperti Singapore Fashion Festival dan Hong Kong Fashion Week yang beberapa tahun terakhir kedatangan desainer papan atas seperti Giles Deacon, Gareth Pugh, Matthew Williamson, dan Vivienne Westwood. Namun, jauh dari pesimis, Guarnaccia mengatakan hal itu malah menjadi semangat tersendiri bagi Berlin.
Para desainer lokal yang terlibat juga menyebutkan bahwa hal tersebut bisa dijadikan semangat untuk mengembalikan sisi bohemian Berlin yang sempat berjaya pada tahun 1920-an.
"Selalu ada kecenderungan orang akan bosan dengan label-label besar," ujar editor Vogue Jerman, Angelica Blechschmidt. "Lewat Berlin Fashion Week, orang akan tahu bahwa Berlin adalah sebuah berlian mentah. Kota mode lain sudah begitu mapan dengan apa yang mereka miliki, di lain pihak, Berlin bisa menetapkan standar baru," lanjutnya.
Tidak heran bila Berlin Fashion Week didominasi desainer muda berbakat dari seluruh penjuru Eropa. "Bagi desainer muda yang baru saja memulai bisnisnya, bujet adalah pertimbangan utama, terutama bila mereka menyasar kota-kota mode besar seperti Paris, Milan, atau London," ujar Peter Levy, Senior Vice President IMG Fashion Worldwide, penyelenggara Berlin Fashion Week.
"Di Berlin, mereka bisa memulai bisnis dan berkreativitas karena kota mode ini menawarkan sumber daya, baik material maupun tenaga kerja dengan murah, yang menjadikan Jerman secara umum sebagai negara penuh kreativitas muda," sambungnya.
Selama 4 hari berturut-turut, Berlin berusaha menunjukkan identitas barunya kepada dunia.
Sebuah tenda putih besar berdiri gagah di tengah- tengah kota Berlin, dikelilingi gedung-gedung cantik dan anggun yang sudah berusia ratusan tahun. Sebuah pernyataan akan harmonisasi mode, budaya, dan sejarah.
Di dalam tenda, hampir selama 12 jam, puluhan model berparade. Melenggang cantik dalam balutan koleksi terbaru desainer Jerman, mulai busana kasual untuk siang hari hingga gaun malam berkilau. Panggung mode Jerman tetap menunjukkan warna berbeda yang pantas menjadi incaran buyer.
Sebut saja label asal Berlin, Kaviar Gauche, yang pernah mempertunjukkan koleksinya di London dan Paris sebelum memenangi penghargaan di inaugurasi Berlin Fashion Week, yang menyajikan koleksi memikat lewat kombinasi feminin dalam gaya dinamis.
"Berlin adalah kota mode yang sangat edgy, di sini kreativitas lebih banyak dimainkan ketimbang komersialitas," ujar salah satu desainer Kaviar Gauche, Johanna Kühl, yang bersama-sama dengan partner-nya, Alexandra Fischer-Roehler, meraih sukses lewat Berlin Fashion Week.
Kini, setelah rutin tampil di Pekan Mode Berlin, Kavier Gauche kerap mempertunjukkan koleksinya di Jepang, Hong Kong, Paris, dan London. Selanjutnya, label Joop! menyuguhkan rangkaian koleksi kasual yang terinspirasi dari gaya berbusana para bar crawler dan party goers.
Karena itu, koleksinya hadir variatif sekaligus atraktif dalam dominasi warna hitam. Kendati tidak dihadiri barisan rumah mode raksasa, Berlin Fashion Week tetap atraktif dengan partisipasi barisan brand muda. Uniknya, sejumlah label yang terbilang baru di kancah mode internasional ini justru mengadakan fashion show di luar lokasi penyelenggaraan.
Lala Berlin, misalnya, yang menghadirkan rangkaian koleksi busana rajut dan kasmir di Seven Star Gallery. Sementara project Galerie mempertunjukkan rangkaian busana eklektik di sebuah showroom di Torstrasse, Mitte. Tidak hanya itu, Berlin Fashion Week membuktikan diri sebagai trendsetter dalam skala yang lebih kecil.
Bila Paris, London, dan Milan mengubah arah tren, Berlin memberikan arahan yang lebih kasual dari cara bergaya dengan sentuhan yang funky ala street style namun di atas catwalk.
"Hal itu yang justru menarik dari Berlin karena terasa lebih akrab dan wearable, tapi di sisi lain juga menunjukkan kejutan dengan menampilkan koleksi penuh risiko," ujar jurnalis mode dari Berlin Fashion Daily, Julia Quante, yang merujuk pada koleksi besutan Lena Hoschek, desainer muda Austria yang menghadirkan koleksi edgy ala Katy Perry berupa rok bervolume, atasan flirty, dan aksesori berdetail metal ala dominatrix.
Strenesse Blue, salah satu label lokal yang tengah naik daun, memilih menyajikan koleksi sesuai selera pasar. Ringan, simpel namun tetap elegan. Tidak jauh berbeda dengan koleksi favorit warga Jerman, Scherer González. Mengambil inspirasi gaya baroque abad pertengahan, González mempersembahkan koleksi manis yang penuh sentuhan vintage dan corak floral nan feminin.
Di luar catwalk, pengamat mode mencatat bahwa Berlin Fashion Week akan menjadi titik balik bagi industri mode Jerman untuk bangkit. Alasannya? Sumber daya murah dan kebebasan kreatif yang ditawarkan Berlin akan menarik banyak desainer muda untuk datang dan berkarya.
"Di kota mode besar, Anda membutuhkan modal yang tidak sedikit untuk sukses sementara di Jerman, Anda tidak membutuhkan kapital sebesar itu. Anda hanya harus menjadi lebih kreatif untuk sukses," sebut Hannah Tame, desainer Inggris yang kini berbasis di Berlin.
Hal serupa juga diungkapkan Constanze Gonzalez. Desainer yang koleksinya menjadi langganan Angelina Jolie dan Eva Longoria ini mengatakan, Berlin adalah tempat terbaik untuk memulai bisnis mode. "Untuk saat ini, Berlin adalah kota yang sangat terjangkau. Di sini Anda bisa menjadi bagian dari gemerlap dunia mode hanya dengan kreativitas," ujarnya.
- Batik Pesisir Inovasi Ikuti Zaman
- Adibusana Tetap Memesona
- Heritage, Koleksi Lebaran Universal dari Shafira
- Couture vs Ready-to-Wear
- Menuju Indonesia Jadi Pusat Mode Muslim Dunia
- Parade Islamic Fashion Mecca Sambut Ramadhan
- Seragam Kerja Juga Ikuti Tren
- Saatnya Tingkatkan Industri Seragam Kerja Tanah Air
- Seragam Kerja pun Bisa Tampil Modis
Source: http://lifestyle.okezone.com/read/2011/07/17/29/480779/berlin-fashion-week-la-mode-berlin
No comments:
Post a Comment