Thursday, July 28, 2011

Penyair: Goenawan Mohammad Sosok Penting Sekaligus...

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sosok Goenawan Mohammad dinilai sebagai penyair yang penting sekaligus berbahaya. Penilaian ini disampaikan kritikus sastera Zen Hae dalam diskusi peluncuran buku puisi karya Goenawan Mohammad pada Selasa (27/7) malam di Dia.lo.gue Artspace, Kemang, Jakarta Selatan.

Menurut Zen, aspek penting sosok Goenawan dikarenakan puisi-puisi Goenawan telah memberi semacam cetak biru bagi perpuisian Indonesia modern di kemudian hari. Selain itu, Goenawan juga menjadi penyair yang berbahaya. "Berbahaya lantaran puisi-puisinya, terutama permainan citraannya, membuai dan menyilaukan," kata Zen. Bahkan, lanjut Zen, jika kita membaca puisi Indonesia hari ini yang ditulis penyair muda maka akan dengan mudah ditemukan bayang-bayang puisi Goenawan.

Meski penting dan berbahaya, Zen mengatakan sebenarnya Goenawan bekerja dengan nalar seorang pencerita. Puisi-puisinya menampilkan kisah dalam rumusan yang sangat padat dalam satu bait, yang mengingatkan pada pengorganisasian kisah dalam syair. Kisah itu kemudian berlanjut ke bait lain atau hanya berjajar semata-mata karena montase.

Kecemerlangan sosok Goenawan juga diakui penggemarnya, Marcio Irfan. Mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Hubungan Internasional ini sengaja datang ke acara ini dari kediamannya di daerah Tangerang. " Dia punya ciri khas sendiri dalam menulis," kata Irfan.

Menurut Irfan, dalam menulis Goenawan selalu mengambil sudut pandang berbeda dibanding berita yang muncul di media massa. Kekayaan metafor yang dilakukan Goenawan juga menarik dirinya. "Dia suka mengambil metafor atau sumber-sumber yang belum saya tahu. Itu yang bikin betah membaca tulisannya," ujarnya.

Irfan mengenal sosok Goenawan secara tak sengaja saat mebaca Catatan Pinggir yang tiap Senin hadir di majalah Tempo. Itu terjadi saat dia duduk di bangku SMA pada awal 2007. Dari situ dia menjadi follower Gonenawan di situs mikroblog Twitter. "Saya sengaja datang sendiri ke sini untuk lihat buku dan orangnya," ujarnya.

Dalam acara ini, Goenawan meluncurkan buku berjudul 'Puisi dan Antipuisi' serta 'Di sekitar Sajak'. Acara yang dihadiri sekitar 50 orang ini dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh Jajang Pamoentjak serta Goenawan sendiri. Selain itu, rekan Goenawan di Tempo, Idrus Shahab, juga mengisi acara dengan bermain gitar Spanyol.

Acara peluncuran buku ini dilakukan sebagai rangkaian acara perayaan ulang tahun Goenawan yang ke-70. Pendiri Tempo ini lahir di Batang, Jawa Tengah, pada 29 Juli 1941. Sebelum mendirikan Tempo, Goenawan tellebih dulu dikenal sebagai penyair.

AMIRULLAH

28 Jul, 2011


--
Source: http://www.tempointeraktif.com/hg/buku/2011/07/28/brk,20110728-348798,id.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...